Kawah Ilalang merupakan sebuah padang yang ditumbuhi dengan rumput
ilalang dan dikelilingi dengan bukit-bukit, sehingga membentuk sebuah
cekungan yang mirip dengan sebuah kawah. Terletak di kawasan lawang
seng, kawah ilalang tidak begitu jauh dari kawah wurung. Bahkan bisa
dibilang kawah ilalang ini bersebelahan dengan kawah wurung karena dari
kawah ilalang ini kita bisa melihat kawah wurung dengan sudut pandang
yang lebih tinggi.
Kondisi jalan yang sulit dan lokasinya yang bersebelahan dengan kawah
wurung membuat lokasi ini kalah pamor. Karena itu ketika kawan-kawan
dari Relawan Muda Bondowoso membuat woro-woro mengenai perjalanan menuju
kawah ilalang, tim Jelajah Bondowoso tidak menyia-nyiakan kesempatan
ini. Selain karena perjalanan sebelumnya kami gagal menemukan tempat
ini, juga melihat pamor tempat ini yang mulai naik di dunia maya
khususnya di kalangan warga bondowoso membuat kami ingin mengenalkan
tempat ini ke khalayak lebih luas.
Malam harinya beberapa teman mas agung yang akan ikut perjalan bertamu untuk mengkoordinasikan beberapa hal. Iseng-iseng saya cek grup facebook bondowoso tempat dimana RMB memberikan woro-woro. Disana ada postingan salah satu anggota RMB yang mengingatkan untuk konfirmasi keikutsertaan besok. Segera saya kirim pesan konfirmasi keikutsertaan Jelajah Bondowoso ke mbak maufiroh sebagai perwakilan RMB.
Minggu, 31 Mei 2015 – Pagi hari sekitar pukul 7 saya dan mas agung berangkat. Pagi itu kami menuju rumah salah satu teman mas agung yaitu mas adli. Disana mas adli dan friska sudah lama menunggu kedatangan kami. Tidak menunggu lama kami menuju bundaran nangkaan untuk menjemput teman mas agung yang lain yaitu mbak lina. Setelah itu kami menuju pujer untuk menjemput mas arvil dan mbak anis.
Karena waktu sudah menunjukkan pukul 7.45 sementara tikum dengan kawan-kawan RMB di halte tlogosari pukul 7.15, maka kami buru-buru menuju pos pertama rest area ijen café sebagai tikum terakhir sebelum menuju kawah ilalang. Saking buru-burunya saya sampai tidak sadar kalau mendahului rombongan kawan-kawan RMB saat menuju tikum terakhir.
Pukul 8.45 kami sampai di pos pertama rest area ijen café. Sembari menunggu rombongan kawan-kawan RMB datang kami beristirahat sejenak. Ternyata mbak lina dan mbak anis tergabung dalam komunitas merajut bondowoso dan mereka membawa salah satu hasil rajutan untuk digunakan sebagai bahan promosi.
Boneka tedy rajutan dikeluarkan dan dijadikan objek foto. Melihat kelakuan mereka mas agung langsung mengambil boneka itu dan meletakkannya di meja. Dasar ibu-ibu pkk, begini loh supaya hasil foto lebih menarik pikirku dalam hati. Saya dan mas agung bergantian mengambil gambar si tedy. Hitung-hitung mengisi waktu sembari menunggu rombongan kawan-kawan RMB datang.
Pukul 9.00 rombongan RMB datang. Rupanya mereka tidak menyadari keberadaan kami di rest area dan melanjutkan perjalanan tanpa berhenti. Walaupun belum pernah bertemu secara langsung, tapi saya yakin kalau itu adalah rombongan mereka dari pakaian yang digunakan salah satu orang di rombongan tersebut yang merupakan kaos RMB. Selain itu mbak anis ternyata kenal dengan mbak maufiroh yang merupakan salah satu punggawa RMB dan melihat dia di rombongan tersebut.
Segera kami menuju motor masing-masing untuk menyusul rombongan RMB. Rombongan tersusul di sempol. Mas agung segera mengdekati mbak maufiroh untuk memberitahu keikutsertaan kami. Sempat terjadi insiden kecil yaitu rem belakang motor mas arvil blong. Kami berhenti sebentar untuk mengecek kondisi motor mas arvil. Ternyata disitu diketahui kalau seal master rem depan jebol. Namun rem depan masih berfungsi dengan normal. Secara fisik kondisi rem belakang tidak apa-apa. Namun saat tuas rem belakang diinjak piston kaliper rem tidak bergerak. Mungkin minyak rem belum turun pikirku. Akhirnya mbak anis yang sebelumnya dibonceng mas arvil harus dibonceng saya supaya mas arvil bisa melanjutkan perjalanan dengan kondisi rem belakang blong.
Kami tertinggal dari rombongan RMB karena insiden tadi. Segera kami melanjutkan perjalanan agar tidak tertinggal lebih jauh. Beruntung rombongan RMB berhenti di rumah warga untuk membeli bensin. Disana kami berhenti dan berkenalan dengan kawan-kawan RMB untuk pertama kali. Iseng saya tanya mas arvil mengenai kondisi motornya. Ternyata rem belakang sudah normal lagi sehingga bisa lebih aman untuk melanjutkan perjalanan.
Tidak menunggu lama kami berangakat mengikuti rombongan kawan-kawan RMB. Kami belok menuju desa curah macan. Kondisi jalan berupa tanah basah setelah terkena guyuran hujan. Disamping kanan-kiri banyak papan bertuliskan arah menuju kawah wurung. Namun bukan itu tujuan kami saat ini. Pada percabangan jalan ketiga kami belok kiri. Dari sini kondisi jalan berangsur memburuk.
Melewati beberapa genangan air dan jalan yang tampaknya licin irina tidak mengalami masalah berarti. Setelah itu kondisi jalan berubah sedikit lebih baik. Setelah belokan kami disuguhkan jalan yang kondisinya basah, sedikit berlumpur dan licin. Benar saja, meskipun dilengkapi dengan ban dual purpose beberapa kali irina selip ketika melewati jalan ini. Namun irina berhasil saya kendalikan sehingga tidak sampai terjatuh.
Saya terus mengikuti jalan sampai akhirnya bertemu dengan percabangan jalan. Disini kami belok kiri.
Mulai dari sini kondisi jalan menanjak
dengan didominasi pasir dan kerikil. Saya berusaha mengendalikan irina
agar tidak terjatuh walaupun beberapa kali selip. Cukup terkejut melihat
tanjakan pertama karena disisi kanan-kiri terdapat bekas aliran air
yang membuat kontur tanahnya tidak rata, sementara dibagian tengahnya
ditumbuhi rumput yang membuat lebih sulit untuk dilewati. Untungnya mas
yudhi yang berada diatas tanjakan memberi aba-aba agar melewati bagian
kiri tanjakan itu.
Kondisi jalan setelah ini pun lebih
menantang. Tanjakan dengan sisi kanan-kirinya berupa pasir kerikil yang
gembur sehingga sulit untuk dilewati. Bagian tengah jalan yang lebih
padat namun lebih tinggi dan ditumbuhi rumput, sementara pada sisi kiri
jalan berupa jurang. Tidak ada pilihan lain selain melewati bagian
tengah jalan supaya bisa melewati tanjakan kedua yang panjang ini.
Beberapa kali irina terperosok kesisi kiri kanan jalan mengakibatkan
irina kehilangan traksi. Terpaksa harus turun untuk menggeser posisi
irina supaya berada dibagian tengah jalan. Setelah berjuang
mengendalikan irina akhirnya saya bisa melewati tanjakan ini. Tepat
pukul 10 saya sampai diujung tanjakan dan memarkirkan motor di gubuk
yang terdapat disana.
Mulai dari sini perjalanan dilanjutkan
dengan berjalan kaki. Kawan-kawan RMB memimpin rombongan menaiki bukit
menembus lebatnya ilalang. Saya yang sadar diri fisik tidak kuat memilih
berada dibelakang saja agar tidak merepotkan yang lain. Dari pengalaman
sebelumnya ke curah sipenai dimana saya hampir kehilangan kesadaran
diri, perjalanan kali ini saya membawa air dan bekal sendiri.
Dengan mantap saya melangkahkan kaki menaiki
bukit didepan saya. Tanah masih basah karena hujan membuat saya harus
berhati-hati. Sembari berjalan kami bercanda mengenai penamaan tanjakan
ini. Didepan ada yang menyahut tanjakan jomblo, lalu ada yang bilang
tanjakan galau. Akhirnya sambil bercanda kami setuju menamakan tanjakan
ini tanjakan galau. Karena setelah sampai diatas bukit, kami masih harus
menaiki bukit lagi yang lebih tinggi dan kemiringannya lebih curam.
Setengah jam berlalu, akhirnya setelah
berjuang kami sampai diatas bukit. Dari sini kami bisa melihat kawah
wurung yang saat itu ramai dikunjungi orang. Kawan-kawan RMB
menginstruksikan kami untuk beristirahat disini. Karena kami akan diajak
melakukan ritual “tawaf”, yaitu mengelilingi kawah ilalang sebelum
akhirnya turun. Disini kawan-kawan RMB mengeluarkan bekal makanan mereka
dan rame-rame makan bersama.
Sekitar pukul 11 kami melanjutkan perjalanan
untuk melakukan “tawaf”. Sebelum itu tidak lupa kami Jelajah Bondowoso
foto bersama kawan-kawan Relawan Muda Bondowoso.
Masih dengan formasi yang sama, kawan-kawan
RMB memimpin jalan sedangkan kami berada dibelakang. Seperti biasa kami
berjalan sambil bercanda agar suasana tidak membosankan dan tidak terasa
melelahkan. Pemandangan disepanjang perjalanan sangat indah hingga
membuat saya makin semangat melangkahkan kaki.
Setelah melewati medan yang cukup datar,
didepan telah menanti tanjakan yang lebih curam dari tanjakan-tanjakan
sebelumya. Bukit didepan kami ini merupakan salah satu titik paling
tinggi di kawah ilalang. Dengan bersusah payah kami berusaha menaiki
bukit tersebut. Sebagian besar kawan-kawan RMB sudah menghilang dari
pandangan. Pelan namun pasti kami mendaki bukit ini. Setelah
beristirahat sebentar, kami lanjut mendaki bukit ini. Perjuangan yang
melelahkan itu akhirnya terbayar saat kami mencapai puncak.
Kelelahan saya langsung melepas tas dan
merebahkan diri. Udara disana cukup dingin saat itu. Selain angin
berhembus kencang juga turun kabut pada saat itu. Setelah cukup
beristirahat kami melanjutkan perjalanan. Setelah ini medan cukup
bersahabat karena menurun terus. Walau begitu kami harus hati-hati
melangkah karena tanah pijakan ternyata cukup licin.
Mulai dari sini saya melihat beberapa patok
yang menurut saya cukup aneh karena lokasinya yang berada di antah
berantah. Setelah saya singgung ternyata patok ini merupakan batas
wilayah antara kabupaten bondowoso dengan banyuwangi. Hal inilah yang
membuat kawan-kawan RMB khawatir dengan keberadaan kawah ilalang yang
lokasinya di perbatasan wilayah antar 2 kabupaten. Mereka khawatir
apabila tempat ini tidak dijaga akan diakui oleh kabupaten banyuwangi.
Sesampainya di barisan pepohonan ini, mas
yudhi yang ada dibelakang berteriak menyuruh kami turun. Tidak ada jalan
dan kemiringan tebing sangat curam, kami turun sambil berpegangan pada
rumput ilalang. Tanah yang licin membuat kami beberapa kali tepleset.
Sesampainya di kawah ilalang hasrat untuk
narsis ibu-ibu pkk rupanya sudah tidak terbendung. Kamera langsung
diserahkan ke mas agung, sementara mbak anis dan mbak lina langsung
menuju rumput ilalang. Kawan-kawan RMB sudah mulai menyebrangi padang
ilalang ini, sementara kami sibuk mengambil gambar.
Setelah ini kami masih harus menaiki bukit untuk sampai ke tempat kami beristirahat diawal tadi. Disini saya baru sadar kalau kaki kanan saya terasa sakit. Sepertinya karena pada saat menuruni tebing menuju padang ilalang tadi saya menahan beban badan saya sebagian besar dengan kaki kanan saja. Karena hal itu saya mendaki bukit ini dengan perlahan. Selain itu juga karena saya sudah kelelahan. Bahkan untuk sekedar mengambil gambar saja sudah tidak mampu. Sesampainya diatas saya langsung melepas tas dan rebahan. Sekitar pukul 1 siang kami pergi meninggalkan kawah ilalang.
Koordinat kawah ilalang : -8.064038,114.184200
Terimakasih kepada kawan-kawan Relawan Muda Bondowoso atas keceriaan, kekeluargaan, dan canda tawa. Mohon maaf apabila kami dari jelajah bondowoso ada kesalahan maupun kekurangan yang kurang berkenan dihati. Ingat, segala sesuatu yang besar dimulai dari hal kecil. Semoga di lain kesempatan kita bisa berkolaborasi lagi. Mengenalkan pada negeri ini keindahan dari kota kecil yang kita cintai ini.
...........
Artikel Asli by: Jelajah Bondowoso